Memilih Jurusan Kuliah


Sebelumnya kita dituntut untuk menentukan pilihan. Kita dihadapkan dengan berbagai pilihan di antaranya setelah lulus kita akan memilih bekerja ataukah melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ketika kita memilih bekerja, pilihan yang lain sudah menunggu untuk kita tentukan, yakni bekerja di mana dan sebagai apa. Selain itu, ketika kita memilih untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yakni kuliah, pilihan-pilihan yang sudah siap untuk kita tentukan pun akan serentak menghadang kita. Kuliah di mana dan mengambil jurusan apa.

Hidup adalah pilihan. Ketika kita menentukan sebuah pilihan secara bersamaan kita akan merelakan kehilangan pilihan yang lain. Barangkali apa yang telah kita pilih adalah buruk menurut Allah dan apa yang kita relakan adalah baik menurut Allah. Hanya Allah yang mengetahuinya. Maka, sebagai manusia kita diwajibkan untuk senantiasa berhati-hati atas suatu pilihan/keputusan.

Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (Al-'A`rāf):144.

Dalam potongan ayat tersebut tertera bahwa Allah telah menentukan sebuah pilihan beserta alasan-alasan yang mendukung pilihan tersebut. Walaupun dapat dipastikan segala yang telah dipilih oleh Allah adalah baik. Dapat diambil kesimpulan bahwa ketika kita menentukan pilihan pastikan memiliki alasan-alasan yang logis. Terutama untuk mendukung hakikat kita sebagai manusia. Menebar kebermanfaatan. Dan pastinya melibatkan Allah ketika hendak menentukan.

Seringkali kita menemukan curhatan-curhatan teman, kakak tingkat, ataupun saudara yang mengalami tragedi salah pilih. Sungguh jikalau saya yang merasakan mungkin ketidakberdayaan saya lebih hebat dari mereka. Semoga Allah memudahkan jalan saya. Aamiin. Bagaimana tidak, ketika mereka mengalami tragedi salah pilih jurusan, dengan segala keterpaksaannya untuk menuntaskan rangkaian proses menyandang gelar yang tidak diharapkannya. Mereka berjerih payah menyelesaikan tugas-tugas dari jurusan yang bahkan sama sekali tidak mereka suka. Ada yang bertahan adapula yang melawan. Mereka yang melawan nekat banting setir untuk mengakhiri segala penderitaannya dengan mencari jurusan yang sesuai dengan minatnya. Mereka yang bertahan mencoba menumbuhkan benih-benih cinta terhadap jurusan yang telah terpampang pada almetnya. Mereka tetap harus berjuang.

Hidup adalah perjuangan. Dan inilah waktu kita untuk mulai berjuang. Waktu kita untuk memilih sudah hampir habis. Untuk teman-teman yang belum menentukan pilihan, tentukanlah sekarang. Untuk teman-teman yang sudah memilih namun masih asal-asalan, maka mulai sekarang berfikirlah apa yang akan kalian lakukan untuk menebar kebermanfaatan dengan berdasar pilihan yang telah kalian tentukan. Jangan sampai kalian memilih hanya untuk keberlangsungan hidup kalian. Ingatlah bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Maka, berhati-hatilah dalam menentukan pilihan dan jangan sampai muncul penyesalan di akhir nanti. Memilih sebelum merelakan.

Kamu pelajar kelas 12? Memiliki mimpi untuk melanjutkan kuliah? Sudah yakin dengan pilihanmu? Atau malah belum menentukan pilihan? Hmm masih nunggu apa? Nunggu wangsit turun dari langit?? Hehehe. Ingat bahwa tidak ada kesuksesan yang diperoleh secara instan. Tentunya membutuhkan perjuangan-perjuangan yang bisa dikatakan tidaklah mudah. Kita sebagai kelas 12 sebentar lagi akan melangkah menuju dunia yang fasenya lebih berat "katanya".

Satu contoh ketika kita telah memilih untuk melanjutkan belajar di dunia perkuliahan. Saat itulah kita dihadapakan dengan pilihan melanjutkan ke kampus mana dan jurusan apa. Tidak dapat dipungkiri bahwa menentukan pilihan di posisi ini adalah sulit. Bagaimanapun ini menentukan masa depan kita. Apa yang telah kita pilih itulah yang harus kita pertanggungjawabkan. Dan tentunya ketika kita telah menentukan sebuah pilihan berarti kita siap untuk merelakan. Jadi hendaknya memilih yang benar-benar kita sukai, Allah dan orang tua merihoi, dan tentunya kita sanggup untuk menjalaninya sebelum muncul penyesalan di akhir nanti.

spacer

Yakin Masih Mau Pacaran?


Pacaran merupakan kata yang sangat tidak asing lagi bagi kita, khususnya pemuda. Tidak dapat dipungkiri soal pacaran di zaman sekarang sepertinya telah menjadi gejala umum di kalangan pemuda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam film, novel, bahkan pada syair lagu. Sehingga banyak anggapan bahwa hidup di masa muda memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan dan kisah asmara. Boleh jadi inilah alasan yang membuat mereka memutuskan untuk menyandang status pacaran.

Menurut survei dari beberapa teman yang berpacaran, sejatinya mereka tau apa hukumnya pacaran dalam Islam bahkan dampaknya sekalipun. Akan tetapi mengapa mereka tetap berpacaran?? Hmm inilah pertanyaan yang selama ini masih belum dapat terpecahkan. Jika ditinjau dari beberapa alasan mereka yang memilih untuk pacaran, mayoritas mereka berdalih dengan alasan "Mencintai karena Allah".

Mereka yang memiliki anggapan demikian berdasar atas salah satu  hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut: "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atau memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya." Mereka menggunakan hadist tersebut sebagai pedoman diperbolehkannya pacaran karena Allah.

Ambil satu contoh misal Fulan dan Fulanah merupakan pasangan yang terikat dalam status pacaran. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang tidak akan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran". Setiap hari mereka saling mengingatkan untuk mengerjakan sholat sunnah dan berpuasa ketika datang hari senin dan kamis. Dalam dunia sekolah pun demikian, mereka saling bantu-membantu jika ada kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah. Setiap hari hubungan mereka dilalui dengan bahagia.

Nahh dari cerita singkat di atas, kita patut untuk mengajukan suatu pertanyaan yaitu : "Sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lain benar-benar karena Allah? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si Fulanah, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah?" Jawabnya jelas tidak !

Apapun sebutannya ketika sepasang ikhwan dan akhwat yang sedang menjalin suatu hubungan entah adik-kakak zone, TTM (Teman tapi mesra😝), ataupun HTS (Hubungan tanpa status) semuanya tetap dinamakan pacaran. Dan ujung-ujungnya adalah zina. Padahal kalau saja mereka tahu (mungkin ada juga yang sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu) bahwa pacaran itu tidak memberikan benefit sama sekali bahkan membuat hidup menjadi bergelimang dosa, mungkin mereka akan berpikir ulang ketika akan memutuskan untuk berpacaran.

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’ [17] : 32)

Itulah bunyi salah satu ayat dalam surat cintaNya untuk kita. Begitu sayangnya Allah Subhanahu Wata’ala terhadap kita, sehingga Allah memperingatkan kita untuk tidak mendekati zina. Begitu besarnya kerusakan dan kehancuran yang bisa dihasilkan oleh perbuatan zina, sehingga mendekatinya pun kita dilarang apalagi melakukannya.
Perbuatan zina dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, bahkan seringkali kita melakukan tapi tidak menyadarinya. 

“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya”. (HR. Al-Bukhori [5889] dari Ibnu Abbas, dan Muslim [2657] dari Abu Hurairah)

Nah jika kita bersedia untuk mengkaji lebih detail tentang hadist tersebut, pasti kita akan tahu bahwa pacaran itu sudah sangat dekat dengan perbuatan zina. Yakin masih mau pacaran? Di sisi lain, mereka berpacaran karena mencari jodoh yang tepat. Haiii coba lihat potongan ayat Al-Qur'an di bawah ini :
“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin [81] : 36)

Pastinya banyak sekali quotes atau ceramah yang mengatakan "Jodoh sudah ada yang ngatur, dekati aja pengaturnya". Iya kan?? Caranya rayulah Allah (Sang Maha Pengatur) dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Mencintai tidak perlu tau orangnya, berdoa saja kepada Allah agar didekatkan dengan jodoh yang terbaik. Mudah bukan?  So, jangan takut kalau tidak dapat jodoh.
Lantas jika kita mengaku sebagai pemuda muslim, apakah yang harus kita lakukan?

Buat temen-temen yang sudah "terlanjur" pacaran, mulai sekarang akhirilah. Pacaran tidak akan berakhir dengan kata putus, namun usaha kita untuk meninggalkan sistem pacaran itulah yang dapat mengakhirinya. Dengan cara apa? Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara "membatasi" untuk berdekatan dengan orang yang bukan muhrim. Jika terpaksa mendekatkan karena sebuah kepentingan (mengerjakan tugas,dll) maka jangan berlebihan. Selain itu, dekatlah diri kepada Allah, tingkatkan porsi ibadah untuk Allah, dan gunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat.

Buat temen-temen yang Alhamdulillah belum terjebak dalam sistem pacaran, maka pertahankan. Jangan sampai masuk ke dalam sistem yang pastinya akan membawa kalian dalam dosa besar. Tingkatkan ibadah Allah dan jangan sekali-kali berfikiran untuk mencoba. 

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan mengiringi di setia perjalanan hijrah kita. Aamiin.
spacer

Jomblo? Siapa Takut.

Saat ini, aku sedang menikmati keseharianku menjadi seorang “Jomblo”. bagiku itu bukanlah sebuah kutukan atau karma, tapi status “Jomblo” bagiku adalah suatu hidayah yang Allah turunkan untukku agar aku tidak terlena dan masuk ke dalam lembah dosa. Aku bersyukur Allah masih menyadarkanku bahwa yang selama ini aku lakukan adalah sebuah dosa besar.

Dulu aku sempat berfikir bagaimana bisa mengenal lebih baik jika kita tidak mencintai atau menjalani hubungan sebelum melanjutan ke jenjang pernikahan, teman-temanku yang pacaran saja sering putus bagaimana nanti ketika menikah tanpa pacaran, bisa-bisa cerai karena kelakuan buruknya terbuka😒. Hmm tapi sungguh itu tidak menjadi alasan jika Allah sudah berkendak.

Sebelum aku benar-benar memutuskan untuk ber-hijrah di jalan Allah, beberapa kali aku menjalani hubungan dengan dalih untuk lebih mengenal pasangan sebelum menikah, ketentuan islami dalam hati aku tetapkan untuk mencintainya karena Allah dan menjaga diri, tapi itulah kuasa Allah yang mampu memberikan petunjuk-Nya untuk Umat-Nya yang diberikan Hidayah.

Saat itu aku duduk di bangku kelas 9 di sebuah SMP yang tidak bisa dipungkiri bahwa SMP tersebut terkenal dengan sebutan “Sekolahnya anak nakal”. Iya, aku memang mengakuinya. Saat itu aku berprinsip bahwa aku boleh belajar bersama mereka, namun tidak menjadi bagian dari mereka. Aku akan membuktikan bahwa tidak semua murid di SMP itu adalah anak nakal. !!!

Pada tahun tersebut, Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan untuk memimpin. Ya! menjadi ketua kelas. Saat itu pula aku menjalani hubungan yang tidak halal dengan teman sekelasku. Sesungguhnya alasanku untuk memutuskan berpacaran bukan hanya tentang saling mengenal. Laki-laki (Pacarku waktu itu/mantan pacar/mantan teman sekelas) terkenal sebagai ketua. Bukan ketua kelas, namun ketua geng. Dia memiliki sebuah geng di kelasku. Hmm posisi tersebut didapatkannya karena dia memiliki predikat Ter-Nakal. Ya! Semua warga sekolah pun mengetahuinya.

Keberadaan geng tersebut tentunya meresahkan warga sekolah. Tentunya teman sekelas. Dan khususnya aku sebagai ketua kelas. Setelah aku berdiskusi dengan teman, sahabat, dan 3 guru terdekatku akhirnya aku menyimpulkan untuk menjalin hubungan tidak halal tersebut dengannya. Berat bagiku untuk memulainya. Namun, demi mereka aku siap.

Berhari-hari ku jalani hubungan dengannya. Langkah yang aku tempuh adalah membuatnya dekat dengan Allah, dan memberi semangat untuk terus belajar. Sedikit demi sedikit sikapnya mulai berubah. Menuju kebaikan tentunya. Tak lupa aku melaporkan segalanya kepada 3 guruku. Dukungan mereka selalu mengalir untukku.

Sungguh. Allah Mahakonsisten terhadap keputusanNya. Aku sadar bahwa hubungan ini adalah dosa, walaupun aku telah mengatasnamankan Allah dan islam. Tujuanku untuk memperbaiki akhlak temanku. Demi temanku. Akan tetapi Allah tetap membenci keputusan semacam itu. Islam tidak mengajarkan untuk berpacaran. Dengan alasan apapun. Tidak ada pacaran yang mengatasnamakan islam.

Aku menyadari itu…

Sejak saat itu, aku menyerah. Aku tidak ingin terjerumus ke dalam lembah dosa yang semakin dalam sebelum virus merah jambu ini mampu menguasai seluruh jiwa dan ragaku. Dengan izin Allah aku berpamitan dan meninggalkan lelaki itu.

Aku bukanlah perempuan yang sangat taat kepada Allah. Aku hanyalah seorang perempuan yang sedang mengalami sebuah proses. Berproses menuju ketaatan. Namun, bukankah Allah mengajarkan kita sebagai umatNya untuk senantiasa membagikan ilmu yang telah kita miliki walupun hanya sedikit? Nah itulah yang sedang aku lakukan saat itu.

Caraku adalah salah. Keputusanku saat itu adalah salah. Seharusnya aku tidak memilih jalan tersebut (Berpacaran). Aku bisa melalui jalan yang lain. Namun, semua sudah terlambat. Di usiaku saat itu aku belum bisa berpikir seperti ini.

Sesungguhnya aku menyesal melakukan itu. Namun, aku juga merasa kehilangan ketika memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya. Virus merah jambu itu hampir menguasai jiwa dan ragaku.

Seminggu berlalu dengan menyandang status baru. Jomblo. Awalnya memang berat. Galau. Untuk menghilangkan semua kenangan itu, aku memperbanyak porsi ibadahku. Semakin mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun atas kecerobohanku, dan mendoakan dia agar diberikan yang terbaik.

😊Oke teman-teman, itulah sepenggal kisah hidupku yang dapat ku abadikan melalui aksara. Semoga dapat mengubah mindset kalian agar ber-jomblolillah wkwkwk😊

S.P. Ketika kita kehilangan orang yang kita sayangi bukan berarti Allah jahat, tetapi Allah melindungi kita. Baik menurut kita belum tentu baik di mata Allah. Bisa jadi buruk menurut kita padahal itu yang terbaik menurut Allah.
spacer