Embung Nglanggeran sebagai Penerapan Rain Water Harvesting untuk Memenuhi Kebutuhan Perairan Kelompok Ternak “Purbaya” di Desa Wisata Gunung Api Purba, Nglangeran, Gunung Kidul, Yogyakarta


Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Dengan berbagai kekayaan alam yang indah, dan suguhan budaya menarik yang membuat penasaran para wisatawan domestic maupun non domestic berbondong-bondong menuju Yogyakarta.


Salah satu tujuan wisata Yogyakarta berada di ujung Selatan, yakni daerah Gunung Kidul. Hingga saat ini, Gunung Kidul menjadi destinasi wisata andalan di Kota Yogyakarta karena memiliki Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba yang menyimpan berbagai keindahan alam dan paket wisata menarik.

Pada Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba terdapat berbagai macam kelompok seperti kelompok yang diberi nama Purba Rasa, Purba Makaryo, Purba Wisma, kesenian, pengrajin, pedagang, TKI Purna, Purbaya, dan Kakao. Kelompok tersebut berjalan sesuai bidnag dan keahlian masing-masing.

Gunung Kidul digagas oleh seorang pemuda Sarjana Teknik bernama Mas Sugeng Handoko. Karena kegigihannya, Mas Sugeng Handoko berhasil membawa Gunung Kidul menjadi wilayah yang produktif. Sangat menginspirasi. Semua berawal dari keresahan Mas Sugeng Handoko karena keterbelakangan daerah asalnya. Menurut cerita, dahulu ketika mendengar Gunung Kidul selalu auto terfikir tentang Daerah miskin harta miskin air. Hal tersebutlah yang membuat mas Sugeng Handoko untuk merubah mindset orang-orang tentang Wilayah Gunung Kidul.

Berawal dari pemanfaatan alam dan lingkungan, Mas Sugeng Handoko berhasil melangitkan nama Gunung Kidul hingga diakui dunia. Bahkan, dengan mengangkat Kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, pada tahun 2018 dinobatkan sebagai salah satu Global Top 100 Sustainable Destinations 2018, serta terpilih menjadi Community Based Tourism (CBT) terbaik ASEAN.

Selain Gunung Api Nglanggeran, di sudut timur terdapat sebuah embung yang diberi nama Embung Nglanggeran karena terletak di Daerah Nglanggeran. Embung ini memiliki keunikan tersendiri karena Gunung Kidul terkenal dengan wilayah yang minim air. Hal ini disebabkan wilayah Gunung Kidul terdiri dari batuan breksi yang konsepnya tidak mampu meresap air. Sehingga ketika musim kemarau, sudah menjadi kebiasaan rutin, Wilayah Gunung Kidul selalu mengalami kekeringan.

Embung Nglanggeran ini sebagai Rain Water Harvesting atau biasa disebut pemanenan air hujan. Tujuan dibangunnya Embung Nglanggeran ini selain sebagai cadangan air, juga satu-satunya sumber untuk mengairi tanaman Durian dan Kakao. Sehingga ketika musim kemarau, para kelompok tani tetap dapat memenuhi kebutuhan sawah mereka, walaupun sesekali air dalam embung benar-benar habis ketika terjadi kemarau Panjang.

Namun, hal yang perlu diperhatikan yaitu kebutuhan air bukan hanya untuk sehari-hari dan pertanian saja, sector peternakan sering merasa kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau. Terutama pada pemenuhan perairan tanaman pakan ternak dan minum ternak. Menurut penjelasan dari salah satu anggota kelompok ternak, ketika musim kemarau mereka rela menjual satu ternak berupa kambing atau sapi untuk membeli rumput di seberang wilayah.

Pada kondisi semacam ini, Rain Water Harvesting menjadi satu-satunya alternatif solusi pada permasalahan kekurangan air. Dengan memaksimalkan fungsi Embung Nglanggeran atau bahkan menyediakan penampungan air hujan melalui bak, permasalahan kekurangan air dapat terpenuhi sehingga para peternak tidak perlu lagi merugi ketika musim kemarau tiba.

Tentunya hal ini perlu kesepakatan antara pihak peternak, petani, dan juga pemerintah. Pengambilan keputusan yang bijak sangat dibutuhkan agar tidak ada pihak yang dirugikan. Dengan hal ini, Kawasan ekowisata Gunung Api Purba Ngalnggeran akan selalu ramai pengunjung dan semakin dikenal di kancah dunia.
Share:
spacer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar