Pacaran merupakan kata yang sangat tidak asing lagi bagi kita, khususnya pemuda. Tidak dapat dipungkiri soal pacaran di zaman sekarang sepertinya telah menjadi gejala umum di kalangan pemuda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam film, novel, bahkan pada syair lagu. Sehingga banyak anggapan bahwa hidup di masa muda memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan dan kisah asmara. Boleh jadi inilah alasan yang membuat mereka memutuskan untuk menyandang status pacaran.
Menurut survei dari beberapa teman yang berpacaran, sejatinya mereka tau apa hukumnya pacaran dalam Islam bahkan dampaknya sekalipun. Akan tetapi mengapa mereka tetap berpacaran?? Hmm inilah pertanyaan yang selama ini masih belum dapat terpecahkan. Jika ditinjau dari beberapa alasan mereka yang memilih untuk pacaran, mayoritas mereka berdalih dengan alasan "Mencintai karena Allah".
Mereka yang memiliki anggapan demikian berdasar atas salah satu hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut: "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atau memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya." Mereka menggunakan hadist tersebut sebagai pedoman diperbolehkannya pacaran karena Allah.
Ambil satu contoh misal Fulan dan Fulanah merupakan pasangan yang terikat dalam status pacaran. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang tidak akan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran". Setiap hari mereka saling mengingatkan untuk mengerjakan sholat sunnah dan berpuasa ketika datang hari senin dan kamis. Dalam dunia sekolah pun demikian, mereka saling bantu-membantu jika ada kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah. Setiap hari hubungan mereka dilalui dengan bahagia.
Nahh dari cerita singkat di atas, kita patut untuk mengajukan suatu pertanyaan yaitu : "Sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lain benar-benar karena Allah? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si Fulanah, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah?" Jawabnya jelas tidak !
Apapun sebutannya ketika sepasang ikhwan dan akhwat yang sedang menjalin suatu hubungan entah adik-kakak zone, TTM (Teman tapi mesra😝), ataupun HTS (Hubungan tanpa status) semuanya tetap dinamakan pacaran. Dan ujung-ujungnya adalah zina. Padahal kalau saja mereka tahu (mungkin ada juga yang sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu) bahwa pacaran itu tidak memberikan benefit sama sekali bahkan membuat hidup menjadi bergelimang dosa, mungkin mereka akan berpikir ulang ketika akan memutuskan untuk berpacaran.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’ [17] : 32)
Itulah bunyi salah satu ayat dalam surat cintaNya untuk kita. Begitu sayangnya Allah Subhanahu Wata’ala terhadap kita, sehingga Allah memperingatkan kita untuk tidak mendekati zina. Begitu besarnya kerusakan dan kehancuran yang bisa dihasilkan oleh perbuatan zina, sehingga mendekatinya pun kita dilarang apalagi melakukannya.
Perbuatan zina dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, bahkan seringkali kita melakukan tapi tidak menyadarinya.
“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya”. (HR. Al-Bukhori [5889] dari Ibnu Abbas, dan Muslim [2657] dari Abu Hurairah)
Nah jika kita bersedia untuk mengkaji lebih detail tentang hadist tersebut, pasti kita akan tahu bahwa pacaran itu sudah sangat dekat dengan perbuatan zina. Yakin masih mau pacaran? Di sisi lain, mereka berpacaran karena mencari jodoh yang tepat. Haiii coba lihat potongan ayat Al-Qur'an di bawah ini :
“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin [81] : 36)
Pastinya banyak sekali quotes atau ceramah yang mengatakan "Jodoh sudah ada yang ngatur, dekati aja pengaturnya". Iya kan?? Caranya rayulah Allah (Sang Maha Pengatur) dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Mencintai tidak perlu tau orangnya, berdoa saja kepada Allah agar didekatkan dengan jodoh yang terbaik. Mudah bukan? So, jangan takut kalau tidak dapat jodoh.
Lantas jika kita mengaku sebagai pemuda muslim, apakah yang harus kita lakukan?
Buat temen-temen yang sudah "terlanjur" pacaran, mulai sekarang akhirilah. Pacaran tidak akan berakhir dengan kata putus, namun usaha kita untuk meninggalkan sistem pacaran itulah yang dapat mengakhirinya. Dengan cara apa? Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara "membatasi" untuk berdekatan dengan orang yang bukan muhrim. Jika terpaksa mendekatkan karena sebuah kepentingan (mengerjakan tugas,dll) maka jangan berlebihan. Selain itu, dekatlah diri kepada Allah, tingkatkan porsi ibadah untuk Allah, dan gunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat.
Buat temen-temen yang Alhamdulillah belum terjebak dalam sistem pacaran, maka pertahankan. Jangan sampai masuk ke dalam sistem yang pastinya akan membawa kalian dalam dosa besar. Tingkatkan ibadah Allah dan jangan sekali-kali berfikiran untuk mencoba.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan mengiringi di setia perjalanan hijrah kita. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar