Jomblo? Siapa Takut.

Saat ini, aku sedang menikmati keseharianku menjadi seorang “Jomblo”. bagiku itu bukanlah sebuah kutukan atau karma, tapi status “Jomblo” bagiku adalah suatu hidayah yang Allah turunkan untukku agar aku tidak terlena dan masuk ke dalam lembah dosa. Aku bersyukur Allah masih menyadarkanku bahwa yang selama ini aku lakukan adalah sebuah dosa besar.

Dulu aku sempat berfikir bagaimana bisa mengenal lebih baik jika kita tidak mencintai atau menjalani hubungan sebelum melanjutan ke jenjang pernikahan, teman-temanku yang pacaran saja sering putus bagaimana nanti ketika menikah tanpa pacaran, bisa-bisa cerai karena kelakuan buruknya terbuka😒. Hmm tapi sungguh itu tidak menjadi alasan jika Allah sudah berkendak.

Sebelum aku benar-benar memutuskan untuk ber-hijrah di jalan Allah, beberapa kali aku menjalani hubungan dengan dalih untuk lebih mengenal pasangan sebelum menikah, ketentuan islami dalam hati aku tetapkan untuk mencintainya karena Allah dan menjaga diri, tapi itulah kuasa Allah yang mampu memberikan petunjuk-Nya untuk Umat-Nya yang diberikan Hidayah.

Saat itu aku duduk di bangku kelas 9 di sebuah SMP yang tidak bisa dipungkiri bahwa SMP tersebut terkenal dengan sebutan “Sekolahnya anak nakal”. Iya, aku memang mengakuinya. Saat itu aku berprinsip bahwa aku boleh belajar bersama mereka, namun tidak menjadi bagian dari mereka. Aku akan membuktikan bahwa tidak semua murid di SMP itu adalah anak nakal. !!!

Pada tahun tersebut, Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan untuk memimpin. Ya! menjadi ketua kelas. Saat itu pula aku menjalani hubungan yang tidak halal dengan teman sekelasku. Sesungguhnya alasanku untuk memutuskan berpacaran bukan hanya tentang saling mengenal. Laki-laki (Pacarku waktu itu/mantan pacar/mantan teman sekelas) terkenal sebagai ketua. Bukan ketua kelas, namun ketua geng. Dia memiliki sebuah geng di kelasku. Hmm posisi tersebut didapatkannya karena dia memiliki predikat Ter-Nakal. Ya! Semua warga sekolah pun mengetahuinya.

Keberadaan geng tersebut tentunya meresahkan warga sekolah. Tentunya teman sekelas. Dan khususnya aku sebagai ketua kelas. Setelah aku berdiskusi dengan teman, sahabat, dan 3 guru terdekatku akhirnya aku menyimpulkan untuk menjalin hubungan tidak halal tersebut dengannya. Berat bagiku untuk memulainya. Namun, demi mereka aku siap.

Berhari-hari ku jalani hubungan dengannya. Langkah yang aku tempuh adalah membuatnya dekat dengan Allah, dan memberi semangat untuk terus belajar. Sedikit demi sedikit sikapnya mulai berubah. Menuju kebaikan tentunya. Tak lupa aku melaporkan segalanya kepada 3 guruku. Dukungan mereka selalu mengalir untukku.

Sungguh. Allah Mahakonsisten terhadap keputusanNya. Aku sadar bahwa hubungan ini adalah dosa, walaupun aku telah mengatasnamankan Allah dan islam. Tujuanku untuk memperbaiki akhlak temanku. Demi temanku. Akan tetapi Allah tetap membenci keputusan semacam itu. Islam tidak mengajarkan untuk berpacaran. Dengan alasan apapun. Tidak ada pacaran yang mengatasnamakan islam.

Aku menyadari itu…

Sejak saat itu, aku menyerah. Aku tidak ingin terjerumus ke dalam lembah dosa yang semakin dalam sebelum virus merah jambu ini mampu menguasai seluruh jiwa dan ragaku. Dengan izin Allah aku berpamitan dan meninggalkan lelaki itu.

Aku bukanlah perempuan yang sangat taat kepada Allah. Aku hanyalah seorang perempuan yang sedang mengalami sebuah proses. Berproses menuju ketaatan. Namun, bukankah Allah mengajarkan kita sebagai umatNya untuk senantiasa membagikan ilmu yang telah kita miliki walupun hanya sedikit? Nah itulah yang sedang aku lakukan saat itu.

Caraku adalah salah. Keputusanku saat itu adalah salah. Seharusnya aku tidak memilih jalan tersebut (Berpacaran). Aku bisa melalui jalan yang lain. Namun, semua sudah terlambat. Di usiaku saat itu aku belum bisa berpikir seperti ini.

Sesungguhnya aku menyesal melakukan itu. Namun, aku juga merasa kehilangan ketika memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya. Virus merah jambu itu hampir menguasai jiwa dan ragaku.

Seminggu berlalu dengan menyandang status baru. Jomblo. Awalnya memang berat. Galau. Untuk menghilangkan semua kenangan itu, aku memperbanyak porsi ibadahku. Semakin mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun atas kecerobohanku, dan mendoakan dia agar diberikan yang terbaik.

😊Oke teman-teman, itulah sepenggal kisah hidupku yang dapat ku abadikan melalui aksara. Semoga dapat mengubah mindset kalian agar ber-jomblolillah wkwkwk😊

S.P. Ketika kita kehilangan orang yang kita sayangi bukan berarti Allah jahat, tetapi Allah melindungi kita. Baik menurut kita belum tentu baik di mata Allah. Bisa jadi buruk menurut kita padahal itu yang terbaik menurut Allah.
Share:
spacer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar