Sumber: jadiberita.com |
Mastatho’tum.
Apa sih yang dimaksud Mastatho’tum?
Mengapa harus mencapai titik Mastatho’tum?
Pasti banyak sekali pertanyaan yang
bermunculan setelah mendengar kata Mastatho’tum. Nah, kali ini kita akan
mengupas tentang hal yang bekaitan
dengan Mastatho’tum.
Mastatho’tum
merupakan usaha yang dilakukan dengan semaksimal mungkin sampai Allah sendiri
yang menghentikannya.
Butuh keteguhan hati agar bisa mencapai titik Mastatho’tum
ini. Karena kita dilarang balik kanan atau menghentikan usaha kita dan sangat
dianjurkan untuk melakukannya dengan semaksimal mungkin. Makna dari Mastatho’tum
dapat diaplikasikan ke dalam berbagai macam kegiatan. Salah satu contohnya
adalah dalam proses ber-tholabul ilmi.
Dalam
proses tholabul ilmi, sangat diperlukan keistiqomahan untuk menjaga hati agar
tidak mudah terombang-ambing dengan keadaan. Mudah menyerah hingga melakukan suatu
hal yang dibenci Allah. Menghalalkan segala cara contohnya. Kita tidak akan
sampai hati untuk melakukan tindakan tercela tersebut jika mampu
mengaplikasikan makna dari Mastatho’tum yang sesungguhnya.
Ketika
kita merasa malas untuk belajar. Ketahuilah bahwa banyak orang yang memiliki
mimpi sama dan mereka sekarang sedang giat untuk belajar di luar sana. Sudah
siap untuk kalah sebelum berjuang? Ingat! Mastatho’tum.
Dalam proses belajar. Pastilah akan ada saatnya kita pada posisi puncak kejenuhan. Namun, ketika kita ingin berhenti tataplah ke depan bahwa
mimpi-mimpi kita akan terus berjalan di depan menunggu raihan dari
tangan kita. Tidak bisa dipungkiri bahwa penyakit yang dapat
megalahkan diri sendiri adalah 3M (Malas, malas, dan malas). Bahkan sampai tiga
kali. Disini dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang paling rawan untuk
menghancurkan diri sendiri adalah rasa malas. Sekarang bagaimana cara untuk
melawan rasa malas tersebut? Caranya cukup simple. Terkadang tubuh juga perlu
perhatian. Beri ruang untuk tubuh beristirahat. Gunakan sedikit waktu untuk
merefresh otak dengan melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan. Bermain misalnya. Intinya
gunakan waktu dengan semaksimal mungkin dengan terus berusaha dan berjuang
tanpa memilih jalan balik arah.
Seringkali
dengan mudahnya orang mengatakan sudah berjuang dengan maksimal. Sudah tidak
bisa lagi. Sudah tidak sanggup lagi. Atau alasan alaala yang bermuara pada
titik sebuah keputusasaan. Padahal faktanya mereka masih bisa. Mereka masih
sanggup. Namun, mereka tidak mau. Jadi, semua karena tidak bisa atau tidak mau?
Hmm Wallahu alam bishowab.
Dengan
tegasnya Allah telah mengatakan Innamal
a’malu binniat’. Segala hal yang dilakukan bergantung pada niatnya.
Bagaimana kita menata hati untuk meniatkan diri dengan sebuah
kesungguh-sungguhan. Bahkan, dengan romantisnya Allah berpesan kepada kita
“Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang merubahnya”.
Nahh, akankah kita terus-terusan menunggu pemberian Allah? Usaha dulu dong.
Berjuang dulu dong.
Setiap
orang pasti memiliki mimpi. Tidak ada orang yang menginginkan untuk gagal dalam
meraih mimpi. Namun, masih banyak orang yang memilih untuk menghentikan mimpi
dengan alasan sebuah ketidakmungkinan. Padahal bersama Allah semua akan menjadi
mungkin. Balik lagi pada titik Mastatho’tum. Sudahkah kita berusaha dengan
maksimal?
Ketika
banyak sekali ganguan dari musuh yang menghadang kita dalam proses meraih
mimpi. Maka hal ini diperlukan strategi dan keahlian khusus bukan bagaimana kita
mengalahkan musuh namun, berdiplomasi dengan musuh. Bercampur tapi tidak
melebur. Saling mendapat keuntungan tanpa ada pihak yang dirugikan.
“Hal yang menentukan kesusesan bukan hanya bakat tapi kesungguhan niat” (Siti Fariya).
Maka, sebelum melanjutkan perjuangan rapikan niat, bulatkan tekad,
berjuang dengan maksimal temui titik Mastatho’tum!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar