COVID-19: Wanita dan Karantina Diri

Merupakan salah satu metode untuk penyebaran virus COVID-19.

Kegiatan ini memiliki korelasi dengan kodratku sebagai seorang wanita. Sejatinya bukan hanya momentum ini yang mengharuskan seorang wanita #StayAtHome, tetapi memang sangat dianjurkan seterusnya. Berpergian secukupnya. Berpapasan dengan lawan jenis secukupnya.

Konsep ini sangat berbanding terbalik dengan kehidupanku selama ini. Aku tipe orang yang lebih banyak menghabiskan hari di luar rumah. Aku berfikir, jika aku menetap di rumah, aku tidak akan produktif. Bahkan aku sudah mengetahui konsekuensi berat yang harus aku tanggung.

Terutama sejak menyandang status mahasiswa. Rumah hanya menjadi tempatku mempersiapkan kegiatan selanjutnya. Berangkat pagi pulang pagi menjadi rutinitas biasa. Dengan pembenaran menyelesaikan amanah yang sedang diemban.

Kemudian hari ini, aku benar-benar mulai menerapkan karantina diri. Menyelesaikan segala kegiatan dengan social distancing. Karena baru memulai kurasa ini suatu hal yang tidak mudah. Namun aku berharap, semoga keputusan ini selain menjadi ikhtiar terhadap pandemi, juga sebagai ajang ikhtiarku dan wanita" di luar sana untuk menerapkan kodrat wanita dengan menjaga diri.
spacer

COVID-19: Bertahan di Tanah Rantau

Demi kebaikan, kami rela untuk bertahan. Tak menampakkan diri beberapa waktu ke depan. Kami sadar, jika kami mengelak, keadaan akan semakin memberontak. maka, demi hal ini, kami rela bersembunyi.

Tak sedikit kawan kami mengeluh akan keadaan. Merasa bosan dan tertekan di tengah himpitan paksaan. Kami ingin bebas, kami ingin lepas.

Masih seputar wabah, semakin hari semakin parah. Warga berbondong melindungi masing-masing wilayah. Perempatan, pertigaan, hingga gang kecil mereka boikot. Lockdown mandiri.

Sementara kami?
Buka siapa-siapa. Kami hanya manusia yang menumpang keamanan di tanah rantau. Tak banyak yang bisa kami lakukan. Selain berdiam diri dan mencari solusi agar tetap dapat melanjutkan kehidupan.

Kami tak punya siapa-siapa. Selain teman sepernasiban. Kami tak punya panenan, ataupun cadangan makanan untuk bekal bertahan. Adapun tak banyak, hanya dapat berguna beberapa hari saja. Bahkan, ada bagian dari kami yang tidak memiliki fasilitas untuk memasak. Tempat kita bertahan, hanya terdiri dari kasur dan dipan.

Sesekali kami berfikir untuk tak mengindahkan peraturan. Kami ingin pulang, ingin mencari perlindungan di tanah kelahiran. Tapi faktanya, justru kami ditolak oleh masyarakat setempat. Kami dilarang pulang agar tidak menambah kekacauan. Kedatangan yang tak diharapkan.

Apa boleh buat, ini wujud kepedulian kami. Tetap bertahan di tanah perantauan demi melindungi orang-orang tersayang. Kami rela kesepian, menikmati ramadhan di tanah orang. Wahai kawan seperjuangan, bagi kalian yang telah menentukan pilihan untuk bertahan. Semoga dikuatkan. Bagi kalian yang memilih hendak pulang, coba difikir ulang. Jika tidak ingin terjadi apa-apa, sebaiknya bertahan saja.

Kami sama-sama berjuang. Di tanah rantau kami memilih bertahan.
spacer

Kecerdasan Spiritual sebagai Dasar Investasi Pemuda Masa Kini

 
Mendengar kata pemuda, selalu merujuk pada perannya yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan bangsa. Pemuda menjadi ujung tombak suatu bangsa untuk bergerak ke depannya. Wajah beberapa tahun ke depan suatu bangsa ditentukan pada bagaimana pemuda membawanya. Menurut draft RUU kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Jika dibandingkan dengan usia lain, pemuda memiliki berbagai kelebihan diantaranya fisik yang kuat, jiwa yang semangat, dan juga kecerdasan yang hebat. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa peran pemuda sangat dinantikan.

Melihat potensi besar yang dimiliki pemuda, akhir-akhir ini sering muncul kegiatan-kegiatan yang membutuhkan banyak perannya. Hal ini dilakukan oleh institusi pendidikan hingga jajaran pemerintahan. Mulai dari penelitian hingga kursi pemerintahan yang khusus disediakan untuk pemuda. Menurut banyak pihak, memang diperlukan wadah yang dapat menampung para pemuda untuk mengembangkan potensinya. Diperlukan investasi pemuda yang visioner sebagai penggerak perubahan bangsa. Dengan hal ini, negara khususnya Indonesia tidak perlu khawatir terhadap apa yang akan terjadi pada masa depan. Semakin banyak wadah yang disiapkan, maka semakin banyak pula hal-hal yang dapat dikembangkan.

Namun, di sisi lain masih banyak pula pemuda yang telah salah arah. Semakin luasnya akses, semakin mudah mereka memperoleh kebaharuan budaya. Pemuda adalah usia yang sangat mudah untuk dipengaruhi, sehingga seringkali mereka dijadikan sebagai target untuk memprovokasi. Baru-baru ini, Indonesia sedang berada pada kondisi yang tidak sehat. Diibaratkan banyak sekali penyakit bermunculan yang disebabkan oleh banyak pihak. Dari pemerintah hingga pemuda itu sendiri. Berawal dari resahnya masyarakat tentang beberapa keputusan pemerintah yang dianggap tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Pemuda yang berstatus sebagai mahasiswa di berbagai perguruan tinggi, menjadi pelopor pergerakan untuk menegakkan keadilan. Mereka berbondong-bondong melakukan aksi untuk menyuarakan hak dan pendapat agar didengar oleh para penguasa pemerintahan. Ketika keresahan mulai bermunculan, hanya satu yang harus dilakukan, lawan! Itulah keputusan yang pemuda berikan.

Melihat permasalahan di negara sendiri, pemuda tidak akan tinggal diam. Gerakan demi gerakan akan selalu mereka lakukan. Namun, dalam memulai pergerakan ini rawan terjadi kesalahan. Seperti salah dalam pengambilan keputusan hingga saat memutuskan keberpihakan. Maka dari itu, diperlukannya dasar pengetahuan ilmu dan iman yang harus tertanam dalam jiwa seorang pemuda. Perlu kecerdasan spiritual agar segala yang mereka lakukan sesuai dengan aturan.

Pemuda, terutama mahasiswa memiliki peran dan fungsi sendiri. Dalam pelaksanaannya diperlukan kerjasama yang kuat agar mampu terwujud. Peran dan fungsi mahasiswa antara lain; pertama agent of change yakni agen perubahan, mahasiswa memiliki peran untuk membawa bangsanya ke dalam kebaikan. Mahasiswa-lah yang diharapkan untuk membawa perubahan. Kedua social control yakni menjadi kontrol sosial yang mengawal keadilan. Mahasiswa berhak menyerukan kebenaran, bergerak jika ada ketimpangan, dan mengapresiasi jika ada prestasi, ketiga iron stock yakni mahasiswa memiliki peran penting sebagai investasi penerus bangsa. Mahasiswa yang notabene pemuda akan menjadi penerus perjuangan generasi sebelumnya.  Dan yan keempat sebagai moral force yakni sebagai sumber kekuatan moral, baik buruknya suatu bangsa mampu dilihat melalui parameter moral pemudanya, hal ini karena dapat terlihat bagaimana kualitas bangsa dalam mempersiapkan generasi penerusnya. Dari keempat peran dan fungsi tersebut, sangat diperlukan bekal kecerdasan spiritual.

Salah satu hal yang menopang kecerdasan spiritual yakni sifat Al Amin yang berarti percaya, kepercayaan, dan dapat dipercaya. Pentingya sifat Al Amin karena dapat menjadi dasar agar setiap orang memiliki kecerdasan spiritual. Menjadi manusia yang dapat dipercaya merupakan hal yang tidak mudah. Diperlukan komitmen tinggi dan mampu mempengaruhi. Sifat ini harus dibiasakan sejak dini agar terus melekat dalam diri. Terutama bagi pemuda yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Kecerdasan spiritual dapat mengarahkan manusia pada tindakan kebaikan. Memahami posisi sehingga tepat dalam menentukan keputusan.

Kecerdasan spiritual juga akan mempengaruhi tingkat moral seseorang. Hal ini karena, kecerdasan spiritual akan mengisi kekosongan jiwa sehingga senantiasa melakukan hal kebaikan. Berpikir jauh dengan mempertimbangkan dampak baik dan buruk terhadap hal-hal yang akan dilakukan. Mengurangi sifat egois dan memperbanyak menebar kemanfaatan. Dan yang terutama rajin beribadah kepada Allah dan selalu melibatkan Allah dalam segala keputusan.

Dengan demikian, kecerdasan spiritual memiliki banyak sekali peran dalam peningkatan kualitas diri. Dapat juga menjadi tolok ukur ketaqwaan kepada Allah.Hal ini diperlukan peran penting orang tua dan guru untuk mendidik buah hati ataupun muridnya agar memiliki dasar kecerdasan spiritual sejak dini. Perlu ketelatenan khusus agar ilmu ini benar-benar melekat dalam diri. Tidak menurut kemungkinan, kecerdasan spiritual juga dapat dipelajari di lanjut usia. Namun, alangkah baiknya jika sejak dini dibekali dengan kecerdasan spiritual agar dapat menjadi pribadi yang baik.

“Aku bukan utara, aku bukan selatan, aku bukan timur, dan aku bukan barat. Aku adalah diriku sendiri yang berhak menentukan kemana arah mata anginya diriku sendiri”. Dari sepenggal kalimat di atas merupakan salah satu output dari kecerdasan spiritual. Mereka mampu cerdas dalam menentukan keputusan atas diri. Tanpa mudah dipengaruhi dan ikut pada arus yang tidak pasti. Mereka mampu mempertimbangkan baik dan buruk. Mereka senantiasa berhati-hati dalam setiap langkah. Memiliki kecerdasan spiritual juga mampu menjadikan manusia yang berkarakter.

Kecerdasan spiritual akan membawa pada kebermaknaan hidup. Kemampuan ini membekali agar mampu melangkah bersama Allah. Hal ini bermaksud, dengan kecerdasan spiritual manusia mampu menerapkan nilai-nilai keislaman dalam setiap aktivitasnya. Melibatkan Allah dalam segala hal, akan membatasi hati saat melakukan sebuah kegiatan. Tentu saja mampu terhindar dari kelakuan yang tidak diinginkan dan membahayakan. Selalu merasa bahwa Allah itu dekat, sehingga mengurungkan niat jika hendak melakukan hal yang jahat.

Menjadi pribadi yang bermanfaat juga mampu dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual. Dengan kemampuan ini, maka manusia cenderung menebar kebermanfaatan. Terhindar dari sifat egois dan apatis yang merugikan. Memperjuangkan keadilan, membantu jika ada teman yang kesusahan. Selalu gelisah jika ada ketimpangan, dan bersedia menegakkan kebersamaan tanpa ada rasa gentar, Berani menjadi garda terdepan dan mempertanggungjawabkan atas segala perbuatan.

Kembali pada peran dan fungsi mahasiswa, mereka dituntut untuk menjadi pelopor perubahan. Maka dari itu sangat diperlukan bekal kecerdasan spiritual agar segala perjuangan dapat tersampaikan. Kampus dianggap menjadi miniatur negara yang di dalamnya terdiri dari pemuda-pemuda berintelektual. Komposisi penduduk kampus terdiri dari pemuda-pemuda yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan bermacam tradisi dan budaya. Hal ini rawan terjadi perpecahan di dalamnya. Maka dari itu, diperlukan bekal kecerdasan spiritual agar terhindar dari hal-hal yang menimbulkan perpecahan.

Keterlibatan pemuda dalam setiap keputusan juga seidkit riskan jika tanpa dasar, Karena notabene usia  muda merupakan usia dimana pencarian jati diri dimulai. Hal ini dikhawatirkan jika keputusannya masih lemah dan akan menimbulkan banyak kontroversi. Namun dengan dasar kecerdasan spiritual, diharapkan pemuda mampu menentukan keputusan dengan tepat dan sesuai yang diharapkan. Dengan kecerdasan spiritual, pemuda dapat berhati-hati saat akan melangkah sehingga sudah dapat dijajarkan untuk menentukan sebuah keputusan.

Sumber dari kecerdasan spiritual dapat diperoleh dari mana saja. Dunia pendidikan di Indonesia sudah memberikan muatan kecerdasan spiritual sejak dini. Orang tua juga sudah di sarankan untuk menanamkan nilai-nilai kecerdasan spiritual sejak dini pada anak-anaknya. Hal ini dapat diterapkan pada system formal maupun non formal. Pada system formal dapat diterapkan pada dunia pendidikan dari sekolah dasar hingga kampus besar. Selain itu, system non formal dapat melalui informasi dari orang tua maupun dari pendidikan islam seperti madrasah.

Dunia pendidikan menjadi peran penting dalam penanaman kecerdasan spiritual. Hal ini disebabkan karena ilmu yang diperoleh di bangku sekolah lebih efektif jika dibandingkan harus mencari tau sendiri. Dalam penerapannya, kecerdasan spiritual juga tidak dapat dilakukan dengan instan. Diperlukan keistiqomahan agar semakin baik ke depannya.

Peran orang tua juga menjadi peran penting dalam mengenalkan kecerdasan spiritual. Durasi waktu di rumah lebih banyak dibandingkan durasi di sekolah. Sehingga orangtua memiliki peran penting untuk menambahkan pengetahuan tentang nilai-nilai kecerdasan spiritual. Tidak hanya itu, jika hasil yang diharapkan dapat maksimal, maka orang tua sebaiknya juga memberi teladan kepada anak-anaknya. Karena anak cenderung mengikuti apa yang mereka lihat ketimbang apa yang mereka dengar. Maka dari itu, teladan yang baik dari orang tua menjadi penting dalam peningkatan kecerdasan spiritual anak.

Akhir-akhir ini pemuda menjadi target untuk menduduki jabatan tinggi dalam sebuah pekerjaan. Hal ini sangat diperlukan dasar kecerdasan spiritual yang tinggi. Agar dapat mengemban amanah yang baik, maka pemuda harus menerapkan sifat Al-amin dengan baik. Rasa kepercayaan seseorang dapat muncul jika memiliki pribadi yang dapat dipercaya. Jika sifat dapat dipercaya sudah muncul dalam diri pemuda, maka langkah selanjutnya yakni merawat kepercayaan. Hal ini tentu tidak mudah, namun tidak sulit pula, saat dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Merawat kepercayaan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu usaha-usaha agar tidak mengecewakan orang yang sudah meletakkan kepercayaannya kepada kita. Hal ini dapat dilakukan dengan cara terus mengasah kecerdasan spiritual agar senantiasa terjaga dalam hal-hal yang merugikan. Dengan cara ini, tentu saja kita terjaga untuk melakukan hal kebaikan.

Pemuda yang baik adalah pemuda yang memiki jiwa yang baik pula. Karena posisi pemuda menjadi asset yang harus dijaga, maka diperlukan investasi pemuda sebanyak-banyaknya. Tentunya tidak sekedar investasi belaka, namun juga harus memperhatikan kualitasnya. Diperlukan investasi pemuda dengan kualitas tinggi. Agar ke depannya mampu menjadi asset yang dapat dibanggakan untuk kemajuan suatu negara.

Semakin hari perkembangan semakin melesat terjadi. Budaya, kebiasaan, hingga sifat sering mudah tertular dari berbagai situasi. Maka dari itu, diperlukan investasi pemuda masa kini agar menjadi aset penerus perjuangan tokoh di masa depan. Tentunya dengan berbagai potensi yang dimiliki. Salah satunya kecerdasan spiritual wajib tertanam dalam diri. Langkah ini menjadi langkah tersediri sebagai strategi masa kini. Dengan kecerdasan spiritual yang dimiliki setiap pemudanya, diharapkan akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.
spacer

Embung Nglanggeran sebagai Penerapan Rain Water Harvesting untuk Memenuhi Kebutuhan Perairan Kelompok Ternak “Purbaya” di Desa Wisata Gunung Api Purba, Nglangeran, Gunung Kidul, Yogyakarta


Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Dengan berbagai kekayaan alam yang indah, dan suguhan budaya menarik yang membuat penasaran para wisatawan domestic maupun non domestic berbondong-bondong menuju Yogyakarta.


Salah satu tujuan wisata Yogyakarta berada di ujung Selatan, yakni daerah Gunung Kidul. Hingga saat ini, Gunung Kidul menjadi destinasi wisata andalan di Kota Yogyakarta karena memiliki Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba yang menyimpan berbagai keindahan alam dan paket wisata menarik.

Pada Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba terdapat berbagai macam kelompok seperti kelompok yang diberi nama Purba Rasa, Purba Makaryo, Purba Wisma, kesenian, pengrajin, pedagang, TKI Purna, Purbaya, dan Kakao. Kelompok tersebut berjalan sesuai bidnag dan keahlian masing-masing.

Gunung Kidul digagas oleh seorang pemuda Sarjana Teknik bernama Mas Sugeng Handoko. Karena kegigihannya, Mas Sugeng Handoko berhasil membawa Gunung Kidul menjadi wilayah yang produktif. Sangat menginspirasi. Semua berawal dari keresahan Mas Sugeng Handoko karena keterbelakangan daerah asalnya. Menurut cerita, dahulu ketika mendengar Gunung Kidul selalu auto terfikir tentang Daerah miskin harta miskin air. Hal tersebutlah yang membuat mas Sugeng Handoko untuk merubah mindset orang-orang tentang Wilayah Gunung Kidul.

Berawal dari pemanfaatan alam dan lingkungan, Mas Sugeng Handoko berhasil melangitkan nama Gunung Kidul hingga diakui dunia. Bahkan, dengan mengangkat Kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, pada tahun 2018 dinobatkan sebagai salah satu Global Top 100 Sustainable Destinations 2018, serta terpilih menjadi Community Based Tourism (CBT) terbaik ASEAN.

Selain Gunung Api Nglanggeran, di sudut timur terdapat sebuah embung yang diberi nama Embung Nglanggeran karena terletak di Daerah Nglanggeran. Embung ini memiliki keunikan tersendiri karena Gunung Kidul terkenal dengan wilayah yang minim air. Hal ini disebabkan wilayah Gunung Kidul terdiri dari batuan breksi yang konsepnya tidak mampu meresap air. Sehingga ketika musim kemarau, sudah menjadi kebiasaan rutin, Wilayah Gunung Kidul selalu mengalami kekeringan.

Embung Nglanggeran ini sebagai Rain Water Harvesting atau biasa disebut pemanenan air hujan. Tujuan dibangunnya Embung Nglanggeran ini selain sebagai cadangan air, juga satu-satunya sumber untuk mengairi tanaman Durian dan Kakao. Sehingga ketika musim kemarau, para kelompok tani tetap dapat memenuhi kebutuhan sawah mereka, walaupun sesekali air dalam embung benar-benar habis ketika terjadi kemarau Panjang.

Namun, hal yang perlu diperhatikan yaitu kebutuhan air bukan hanya untuk sehari-hari dan pertanian saja, sector peternakan sering merasa kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau. Terutama pada pemenuhan perairan tanaman pakan ternak dan minum ternak. Menurut penjelasan dari salah satu anggota kelompok ternak, ketika musim kemarau mereka rela menjual satu ternak berupa kambing atau sapi untuk membeli rumput di seberang wilayah.

Pada kondisi semacam ini, Rain Water Harvesting menjadi satu-satunya alternatif solusi pada permasalahan kekurangan air. Dengan memaksimalkan fungsi Embung Nglanggeran atau bahkan menyediakan penampungan air hujan melalui bak, permasalahan kekurangan air dapat terpenuhi sehingga para peternak tidak perlu lagi merugi ketika musim kemarau tiba.

Tentunya hal ini perlu kesepakatan antara pihak peternak, petani, dan juga pemerintah. Pengambilan keputusan yang bijak sangat dibutuhkan agar tidak ada pihak yang dirugikan. Dengan hal ini, Kawasan ekowisata Gunung Api Purba Ngalnggeran akan selalu ramai pengunjung dan semakin dikenal di kancah dunia.
spacer

Silent Reader

Tentang Menghargai

Tulisan ini dibuat karena sedang merasa tersindir akibat perlakuan diri sendiri. Jadi ceritanya, saya termasuk orang silent reader tapi selalu update info. Maksudnya gini, walaupun saya jarang muncul di group ataupun forum online, tetapi saya selalu memahami info-info baru. Iya karena saya silent reader. Saya baca tapi jarang memberi respon.
Pada perkumpulan tertentu, saya lebih memilih jalur personal chat daripada di group. Salah satu alasannya sih kurang nyaman dengan komposisi grup. Sebenernya sudah dipaksa, sudah berusaha memaksa, tapi sampai sekarang masih belum terbiasa.
Ini tidak baik ya!
Nah, tentang menghargai. Sejujurnya tidak ada seorang pun yang bersedia diperlakukan demikian. Termasuk saya.
Akhir-akhir ini mulai mencoba lagi. Sekedar merespon stiker, menjawab salam, hingga nulis di comment ketika dosen upload materi di Google Classroom. Ini suatu hal yang berat menurut saya.

Thats point! Hari ini ada pesan masuk di akun instagram yang sedang saya kelola. Bukan aku pribadi. Jadi, ada program yang saya buat yaitu post story tentang quotes dari tulisan saya, ya kadang-kadang ngutip dengan parafrase.

Pesannya panjang. Intinya ucapan terimakasih atas story quotes yang selama ini diposting pada akun yang saya pegang ini. Dia juga menyampaikan, sangat termotivasi tentang setiap bait kata"nya.

Membaca pesan ini. Benar benar benar benar saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Ternyata semudah ini ya membahagiakan seseorang. Hanya dengan ucapan terimakasih mampu meningkatkan kebanggaan yang luar biasa. Saya jadi berfikir, betapa menyakiti hati perilaku yang telah saya lakukan selama ini?
Tentang menghargai, ayo sama-sama kita perlajari.
spacer